4 Jenis Influencer Berdasarkan Jumlah Followers Social Media

Makin berkembang teknologi, makin banyak juga orang yang pake internet. Mulai dari Generasi Baby Boomers sampai Gen Alpha. Masifnya internet membuat banyak munculnya influencer yang kerap menjadi trendsetter. Entah itu influencer terkait bidang F&B, health & lifestyle, beauty, dan sebagainya.

Saat ini, influencer udah menjadi profesi yang bisa menghasilkan uang. Salah satu caranya adalah dengan kolaborasi sama brand. Besaran biaya kolaborasi pun sering kali berbanding lurus dengan jumlah followers yang dimiliki si influencer. Makin banyak followersnya, biasanya makin besar biaya yang ditetapkan oleh mereka. 

Tapi sebagai catatan, jumlah followers bukan penentu apakah campaign akan berhasil atau tidak. Brand pun harus bijak dalam memilih jenis influencer yang akan diajak kolaborasi. Maka dari itu, yuk pahami empat jenis influencer berikut, supaya gak salah pilih!

Apa Itu Influencer?

Dikutip dari Cambridge Dictionary, influencer adalah seseorang yang punya power untuk mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain, melalui akun social media mereka. Selain itu, influencer juga bisa disebut sebagai orang yang dibayar oleh suatu brand buat mempromosikan produk dan layanannya, serta mendorong orang lain untuk membelinya.

Untuk jadi Influencer pun gak perlu latar belakang atau keahlian tertentu. Siapa pun bisa jadi Influencer. Entah itu mahasiswa, pekerja kantoran, hingga ibu rumah tangga. Bidangnya pun bisa disesuaikan sama passion masing-masing, seperti F&B, health dan lifestyle, fashion, dan sebagainya.

Jenis-Jenis Influencer dari Perbedaan Jumlah Followers

Berdasarkan jenisnya, influencer dibagi menjadi nano, mikro, makro, dan mega. Tiap jenis jumlah followers berbeda, sehingga mempengaruhi biaya yang harus dibayar oleh brand, jika ingin berkolaborasi. Berikut penjelasannya:

1. Influencer Nano (1K–10K followers)

Influecer ini jumlah followers-nya masih sedikit, kisaran 1.000-10.000 followers. Karena jumlah followersnya sedikit, biasanya Engagement Rate (ER) yang dihasilkan cukup tinggi. Hal ini terjadi karena tingginya interaksi antara si influencer dengan followersnya yang ditandai dengan tingginya jumlah likes, komen, dan share.

Makanya, gak heran kalo influencer jenis ini punya hubungan yang cukup erat dengan followersnya, dan followersnya pun cukup loyal. Jadi, buat brand yang budgetnya terbatas atau baru pengen cobain kolaborasi sama influencer, kalian bisa pilih yang jenis ini.

2. Influencer Mikro (10K–100K followers)

Dengan followers yang cukup banyak, kisaran 10.000-100.000, Influencer Mikro punya niche atau target audiens yang spesifik. Untuk kontennya pun sudah disesuaikan dengan keinginan followers, makanya followersnya pun sangat loyal. Jadi, gak heran kalo jumlah interaksinya tinggi.

Dengan kolaborasi sama influencer jenis ini, brand gak cuma dapetin jangkauan (reach) yang cukup besar, tetapi juga ER yang tinggi. Hal ini tentu akan sangat memudahkan brand saat jalanin campaign.

3. Influencer Makro (100K–1M followers)

Influencer Makro punya followers berkisar 100.000-1.000.000. Kebanyakan dari mereka udah ngebangun persona selama bertahun-tahun di social media, makanya bisa segede itu.

Buat brand, kolaborasi sama influencer jenis ini ada plus-minusnya. Plusnya, influencer akan ngebantu brand buat menjangkau audiens yang lebih luas. Sedangkan minusnya, influencer jenis ini itu angka ER-nya biasanya lebih rendah dibandingin influencer nano ataupun mikro.

4. Influencer Mega atau Selebriti (1M+ followers)

Baik dalam lingkup lokal atau internasional, jenis ini punya followers paling banyak, yakni lebih dari 1.000.000. Sama seperti jenis makro, influencer mega dapetin followersnya dari ngebangun persona selama bertahun-tahun. Jika berbicara mengenai reach, angka yang dihasilkan jelas akan lebih besar karena jangkauan audiens yang lebih luas dibandingin tiga jenis lainnya. Makanya, Influencer ini sangat cocok diajak kolaborasi jika ingin ngebangun brand awareness.

Tapi, sebelum ajak kolaborasi, perlu diingat bahwa makin besar followers, makin besar juga budget yang harus dikeluarin buat kolaborasi. Selain itu, angka ER yang dihasilkan kemungkinan akan lebih kecil dari jenis influencer yang lain karena interaksi antara si influencer dengan followersnya biasanya lebih sedikit. Apalagi influencer mega yang jarang upload konten organik, kemungkinan akan lebih kecil lagi.

Itulah penjelasan tentang perbedaan jenis influencer berdasarkan jumlah followersnya. Sebagai brand, milih influencer buat diajak kolaborasi emang gak bisa asal. Selain urusan budget, goals yang pengen dicapai juga harus jadi bahan pertimbangan. Untuk itu, silakan konsultasikan kebutuhan influencer atau KOL Management ke Freeflow Communication ya!